Search This Blog

October 1, 2008

Minal Aidzin Wal Faidzin

 

Imam Muslim meriwayatkan sebuah Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah Saw. bertanya kepada para Sahabat: "Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?", para Sahabat menjawab: "Pada kita, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai uang lagi dan barang.", Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang di hari kiamat membawa shalat, puasa, dan zakat, sementara sebelumnya dia telah mencaci ini, menuduh itu, memakan harta ini, mengalirkan darah itu, memukul ini. Maka kepada si ini diberikan dari ganjaran kebaikan-kebaikan orang itu dan kepada si itu diberikan dari ganjaran kebaikan-kebaikannya. Apabila habis ganjaran kebaikan-kebaikan orang itu sebelum semua tanggungannya terlunasi, maka akan diambil dosa-dosa mereka yang pernah disalahinya dan ditimpakan kepadanya, kemudian orang itu pun dilemparkan ke neraka."

Suatu hari Rasulullah Muhammad Saw bertanya kepada para sahabat, "Maukah kalian kuberitahu tentang sesuatu yang dengannya Allah memuliakan dan mengangkat derajat manasia?" Para sahabat menjawab, "Ya".  Rasulullah melanjutkan, "Kalian bersabar terhadap orang yang tidak mengenal siapa dirimu.  Memaafkan orang yang pernah menganiayamu. Memberi kepada orang yang tidak pernah memberimu, dan menjalin kembali silaturahmi dengan orang yang pernah memutuskannya."

Allah SWT membagi hati manusia ke dalam 2 kategori :

  1. Hati yang lapang, (QS Al An'am : 125, ini disebutkan, "orang yang dilapangkan dadanya"  Mereka adalah orang yang mau menerima petunjuk Allah SWT, mampu menerima cahaya iman.  Mereka bisa lolos dari belenggu hati yang versifat dengki, marah, dendam, mudah membenci, tidak ingat pada akhirat, suka berlebih-lebihan dan gila dunia.
  2. Hati yang sesak 'orang yang sempit dadanya'.  Merka suka memelihara kebencian, permusuhan, selalu merasa paling benar, tergila-gila pada dunia, tidak mau menerima petunjuk dan cahaya Ilahi.

Seseungguhnya tak ada nikmat dan anugerah terbesar selain nikmat bersih hati dan lapang dada.

surah al-Insyirah ayat 1-4 yang bermaksud: "Bukankah telah kami lapangkan dadamu (wahai Muhammad). Dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu. Yang memberatkan bahumu. Dan kami tinggikan bagimu sebutan namamu.

Contoh kita, Rasulullah Saw, diguyur kotoran, dilempari batu, rumahnya dikencingi tetangga yang jahat, hingga di boikot masyarakat di lingkungannya.  Rasulullah meneguhkan hatinya untuk selalu memberikan maaf, sembari memohonkan hidayah Allah SWT agar orang-orang itu kehabisan cara untuk menjahatinya.

Rasul mengibaratkan pemilik hati yang tertutup laksana 'mayat'.  Dia tidak bisa berjalan dimuka bumi, selalu kehilangan arah sehingga hidupnya menjadi sangat berat.

QS. AL AN'AAM:122
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan
ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya.

Sahabat sangat geram melihat kelapangan hati Rasulullah Muhammad Saw yang begitu amat sangat pemaaf. Namun beliau hanya memberikan jawaban sederhana, tetapi telak, "Aku diutus bukan untuk menjadi tukang kutuk, melainkan sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta."

Terbayangkan oleh Saya, bagaimana jadinya sikap Rasul, junjungan kita, terhadap orang-orang yang hari-hari belakangan ini sering kali menghina Islam dan beliau, melecehkan dengan kartun, menghina Rasul dengan membabi buta.  Sedangkan seluruh umat muslim seluruh dunia dibakar api emosi dan kebencian terhadap pelakunya, lalu, "Bagaimana sikap Rasulullah jika beliau saat ini berada ditengah-tengah kita?"

Mungkin, beliau akan berkata, maafkan saja karena dia tidak tahu... atau mungkin pada saat sakit orang tersebut Rasul adalah orang pertama yang menjenguknya? Atau Rasul adalah orang yang selama ini memberikan dia makan, dengan diam-diam tetapi orang tersebut tidak tahu? Atau Rasul... ah... semakin dipikir, semakin rasa kagum dan rindu terhadap Rasul semakin menjadi.

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terpera
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya suarga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terpera
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau di sini

Cinta ikhlasmu pada manusia
Bagai cahaya suarga
Dapatkah kami membalas cintamu
Secara bersahaja

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terpera
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau di sini

Semakin dihina, semakin besarlah Nama mu di atas dunia ini ya Rasulullah dan semakin menambah cinta kami padamu.

Lebaran

(Sebagian diambil dari "pembawa Rahmat buat Alam semesta oleh H A Kholiq Arif)

No comments:

Post a Comment