Search This Blog

September 23, 2008

Durhaka Pada Orang Tua?

Siapa pun tahu bahwa durhaka kepada orang tua adalah haram. Artikel berikut hanya ingin mengingatkan kita secara lebih detail mengenai tingkat tercelanya dan beratnya larangan durhaka terhadap orang tua.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitabul Adab dari jalan Abi BakrahRadhiyallahu ‘anhu, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa sallam.
"Sukakah saya beritahukan kepadamu sebesar-besar dosa yangpaling besar, tiga kali (beliau ulangi). Sahabat berkata, ‘Baiklah,ya Rasulullah’, bersabda Nabi. "Menyekutukan Allah, dan durhakakepada kedua orang tua, serta camkanlah, dan saksi palsu dan perkataanbohong". Maka Nabi selalu megulangi, "Dan persaksianpalsu", sehingga kami berkata, "semoga Nabi diam"
Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa dosa besar yang paling besarsetelah syirik adalah uququl walidain (durhaka kepda kedua orang tua).Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwadiantara dosa-dosa besar yaitu menyekutukan Allah, durhaka kepadakedua orang tua, membunuh diri, dan sumpah palsu
. Kemudian diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah seorangmelaknat kedua orang tuanya
Dari Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka padaibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuhanak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyakbertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)"

Hadits ini adalah salah satu hadits yang melarang seorang anak berbuatdurhaka kepada kedua orang tuanya. Seorang anak yang berbuat durhakaberarti dia tidak masuk surga dengan sebab durhaka kepada kedua orangtuanya, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
"Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, "Tidak masuk surga anak yang durhaka, pe,imu, khamr(minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar"

Diantara bentuk durhaka (uquq) adalah :
Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa perkataan (ucapan)ataupun perbuatan yang membuat orang tua sedih dan sakit hati.
Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
Membentak atau menghardik orang tua.
Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih mementingkan yanglain dari pada mengurusi orang tuanya padahal orang tuanya sangatmembutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuhperhitungan.
Bermuka masam dan cemberut dihadapan orang tua, merendahkan orangtua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan lain-lain.
Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jikamereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu" melakukanpekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak mengapa dankarena itu anak harus berterima kasih.
Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkannama baik orang tua.
Memasukkan kemungkaran kedalam rumah misalnya alat musik, mengisaprokok, dll.
Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada sebagianorang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti kemauan istrinya.Na’udzubillah.
Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaanorang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya meningkat.Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang amat tercela,bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.Semuanya itu termasuk bentuk-bentuk kedurhakaan kepada kedua orangtua. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan membedakan dalamberkata dan berbuat kepada kedua orang tua dengan kepada orang lain.
Akibat dari durhaka kepada kedua orang tua akan dirasakan di dunia.Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad,Abu Daud dan Tirmidzi dari sahabat Abi Bakrah dikatakan.
"Dari Abi Bakrah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa NabiShallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, "Tidak ada dosa yangAllah cepatkan adzabnya kepada pelakunya di dunia ini dan Allah jugaakan mengadzabnya di akhirat yang pertama adalah berlaku zhalim, keduamemutuskan silaturahmi"

Dalam hadits lain dikatakan.
"Dua perbuatan dosa yang Allah cepatkan adzabnya (siksanya)di dunia yaitu berbuat zhalim dan al’uquq (durhaka kepdada orang tua)"

Keridlaan orang tua harus kita dahulukan dari pada keridlaan istridan anak. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan anakyang durhaka akan diadzab di dunia dan di akhirat serta tidak akanmasuk surga dan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.
Sedangkan dalam lafadz yang lain diriwayatkan oleh Imam Baihaqi, Hakim,Ahmad dan juga yang lainnya, dikatakan :
"Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Telahberkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada tiga golonganyang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihat mereka padahari kiamat yakni anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuanyang menyerupai laki-laki dan kepala rumah tangga yang membiarkanadanya kejelekan (zina) dalam rumah tangganya"

Jadi, salah satu yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga adalahdurhaka kepada kedua orang tuanya.
Dapat kita lihat bahwa orang yang durhaka kepada orang tuanya hidupnyatidak berkah dan selalu mengalami berbagai macam kesulitan. Kalaupunorang tersebut kaya maka kekayaannya tidak akan menjadikannya bahagia.
Seandainya ada seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanyakemudian kedua orang tuanya tersebut mendo’akan kejelekan, maka do’akedua orang tua tersebut bisa dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.Sebab dalam hadits yang shahih Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda.
"Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ‘Telah berkata RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ada tiga do’a yang dikabulkan olehAllah Subhanahu wa Ta’ala -yang tidak diragukan tentang do’a ini-,yang pertama yaitu do’a kedua orang tua terhadap anaknya yang keduado’a orang yang musafir -yang sedang dalam perjalanan-, yang ketigado’a orang yang dizhalimi"

Banyak sekali riwayat yang shahih yang menjelaskan tentang akibatburuk dari durhaka kepada orang tua di dunia maupun di akhirat. Adajuga kisah-kisah nyata tentang adzab (siksa) dari anak yang durhaka,dari kisah tersebut ada yang shahih ada juga yang dla’if (lemah).Diantara kisah yang dla’if yang sering dibawakan oleh para khatib(penceramah) yaitu kisah Al-Qamah yang durhaka kepada ibunya sampaimau dibakar oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga ibunyamema’afkannya. Akan tetapi kisah ini dla’if dilemahkan oleh para ulamaahli hadits
.
Catatan Kaki
HREF="#tex2html2">1
[Hadits Riwayat Bukhari 3/151-152 -Fathul Baari 5/261 No. 2654,dan Muslim 87]
HREF="#tex2html3">2
[Riwayat Bukhari dalam Fathul Baari 11/555]
HREF="#tex2html4">3
[Hadits Riwayat Imam Bukhari]
HREF="#tex2html5">4
[Hadits Riwayat Bukhari (Fathul Baari 10/405 No. 5975) Muslim No.1715 912)]
HREF="#tex2html6">5
[Hadits Riwayat Ahmad 6/441 dan di Hasankan oleh Al-Albani dalamSilsilah Hadits Shahihnya 675]
HREF="#tex2html7">6
[Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul MufradNo. 23), Abu Dawud (4902), Tirmidzi (2511), Ibnu Majah (4211). Ahmad5/36 & 38, Hakim 2/356 & 4/162-163, Tirmidzi berkata, "HaditsHasan Shahih", kata Al-Hakim, 'Shahih Sanadnya",Imam Dzahabi menyetujuinya]
HREF="#tex2html8">7
Hadits Riwayat Bukhari dalam tarikh dan Thabrani dalam Mu’jam Kabirdari Abu Bakrah. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Kitabnya Al-Mustadrakdari sahabat Anas. Lihat Silsilah Shahihah No. 1120 dan Shahih Jami’usShagir No. 137 dan 2810.
HREF="#tex2html9">8
[Hadits Riwayat Hakim, Baihaqi, Ahmad 2/134]
HREF="#tex2html10">9
Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad No.24, 372), Abu Dawud 1536, Tirmidzi 1905, 3448, Ibnu Majah 3826, IbnuHibban 2406, At-Thayalishi 2517 dan Ahmad 2/258, 348, 478, 517, 523.Lihat Silsilah Hadits As-Shahihah No. 596
HREF="#tex2html11">10
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Ahmad dengan ringkasdalam sanadnya ada Fayid Abul Warqa’ dia matruk (Majmuz Zawaaid 8/148),kata Ibnul Jauzi, "Hadits ini tidak shah dari Rasulullahkarena dalam sanadnya ada Fayid Abu Warqa" Imam Ahmad berkata,"Ia matrukul hadits", Ibnu Hibban berkata, "Tidakboleh berhujjah dengannya". Kata Imam Abu Hatim, "Iasering dusta" [Lihat Al-Maudluu'at, Ibnul Jauzi juz 3 hal87]

No comments:

Post a Comment