Dalam surat 70. Al Ma´aarij ayat 19-21 disebutkan bahwa sifat manusia itu :
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,"
Seorang Nabi, Musa as benar-benar menampakkan sifatnya sebagai manusia. Tatkala Tuhan berbicara langsung kepada nya, Nabi Musa masih saja meminta hal yang lain, agar Allah menampakkan diri kepada Nabi Musa secara langsung. Mungkin manusia memang tidak pernah puas terhadap apapun sampai tanah menutupi seluruh tubuhnya.
Al A'raaf 143, "Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman."
Dan salah seorang Nabi yang pernah membunuh manusia lain, adalah Nabi Musa as.
Al Qashash 15, "Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang ber- kelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya). "
Ketika Nabi Musa hendak menuju Mesir beliau merasakan takut bahwa orang mesir akan membalaskan dendam saudaranya, karena Nabi Musa berkata, "Dan aku berdosa terhadap mereka , maka aku takut mereka akan membunuhku." (QS Asy Syu'araa' : 14). Nabi juga memiliki perasaan takut.
Al Kahfi 66 - 82 "Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun." Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku." Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku." Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar." Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku." Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu." Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera. Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."
Sebagai seorang Nabi, Musa selalu bertanya mengapa begini? mengapa begitu? Selalu penasaran dengan apa saja yang terjadi di sekelilingnya dan menginginkan jawaban saat itu juga. Kurang sabar dalam menghadapi tingkah laku Nabi Khidhr. Sungguh sebuah sifat yang manusiawi karena kita juga selalu dikelilingi dengan sifat seperti ini.
Pada masa perang Uhud, dimana Hamzah dari Bani Hasyim gugur, dan mayatnya dijadikan sebagai sarana balas dendam oleh Hindun. Mayat Hamzah di mutilasi, bahkan hatinya sampai digigit, dikunyah, ditelannya sepotong dan sisanya diludahi untuk memenuhi sumpahnya terhadao suaminya yang telah dibunuh oleh Hamzah. Ketika perang usai, dan Nabi melihat mayat Hamzah yang sangat mengenaskan ini, Rasulullah berkata, "Selama hidupku, aku tak pernah marah separah yang aku rasakan kali ini. Jika kelak Allah memberikan kemenangan kepada kita, akan kurusak muka 30 mayat kaum Quraisy!".
Emosi juga menguasai Rasulullah ketika orang terdekatnya meninggal dengan cara mengenaskan. Sangat manusiawi, namun ketika itu juga, turun wahyu "Jika kalian ingin melakukan pembalasan, balaslah sesuai dengan yang mereka telah lakukan kepadamu, namun sesungguhnya memberikan maaf itu jauh lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS 23 : 126). Maka Rasulullah tidak hanya membatalkan sumpah, tetapi juga melarang keras setiap tindakan merusak muka mayat pada setiap kali peperangan berakhir. Beliau bersabda, "Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila salah seorang di antara kamu memukul, hendaknya ia menghindari (memukul) wajah." Muttafaq Alaihi. ... karena tuhan menciptakan Adam dalam citra-Nya.
No comments:
Post a Comment