Search This Blog

February 12, 2008

Kentut

Technorati Tags:

Ups... judulnya aneh ya? Ini aneh, karena sekitar tahun 2002, ketika Saya pulang kerja di daerah Sudirman dan naik taksi, supir taksinya bercerita.

"Mbak, mbak kan berjilbab. Tahu nggak kenapa kalau kita kentut, wudhu kita batal? Terus kita musti wudhu lagi. Waktu wudhu yang dicuci kok bukan bagian yang mengeluarkan kentut, malah wudhu lagi dari awal, cuci tangan, telinga, ubun-ubun dan kaki?" Waduh.. pikir saya, 'kenapa ya?'

"Itu tadi adalah pertanyaan penumpang yang barusan turun, waktu mbak naik taksi Saya. Katanya dia pendeta. Saya Islam mbak. Saya nggak bisa jawab. Mbak tahu jawabnya?"

"wah pak.. sama.. Saya juga nggak tahu.."

Dan hari ini, Saya menemukan jawabannya kenapa.

Islam itu memandang segala sesuatu dari proses, bukan hasil. Kentut adalah hasil dari proses. jadi akibat sesuatu
jadi kita harus liat segi kedoterannya. bahwa ada dalam tubuh yg ngga bener menurut kedokteran...Dari gas dalam usus. Gas dalam usus berasal dari udara yang kita telan, yang menerobos ke usus dari darah, gas dari reaksi kimia & gas dari bakteri dalam perut. bahwa gas itu masuk dalam tubuh dari aliran darah. sedangkan darah itu salah satu respirasi racun tuh\buh.

ada 3 jalan untuk nmengeluarkan racun
1. lewat keringat/kulit
2. lewat air seni
3. lewat buang air besar
nah..karena kentut itu gas yg di bawa oleh darah ke usus, kalau kulit kita sehat/pori2 nya baik, dia harus nya keluar lewat kulit.

nah..kenapa kalo wudhu itu di bagian kulit luar, karena ada proses pembersihan kulit dari kotoran2, juga proses wudhu itu membuat lubang2 pori2 bersih.

maka kenapa kalo kentuk itu kita di minta wudhu di kulit yg lain..bukan di dubur nya. itu hikmah dari wudhu

kedua
proses wudhu juga memperlancar aliran darah, dengan kita mengusap yg benar pada kulit kita, sebanar nya kita memperlancar aliran darah kita sehingga udara dalam darah itu bersih.

itulah kenapa wudhu di anjurkan..pada tempat2 yg terlihat untuk membersihkan dari kotoran.

Seperti yang dituturkan teman Saya : Agung Saputra.. (lagi)

5 comments:

  1. Assalamu'alaikum
    semoga hidayah tercurah kepada kita selalu, amin ya Robbal 'alamiin.

    Memang manusia berbeda dengan hewan, yang mana hewan tidak pernah menggunakan aqalnya didalam kehidupan ini...

    Sehubungan dengan pertanyaan sang Pendeta ke sopir taxi, lalu ditanyakan lagi kepada Ibu.. Perkara ini kita harusnya berfikir yang konferehensif didalam hasanah Islam sekaligus agama tauhid yang awalnya bukan kemarin ataupun sejak zaman Muhammad saw, tapi sejak Adam alaihissalam bahkan sebelum itu ketika adam baru diciptakan...

    Yang pertama yang perlu kita ketahui, segala macam perintah Allah itu adalah "bentuk keta'atan kita kepada Allah swt". Sering kali logika tidak sampai untuk memikirkan apa order Allah swt itu kepada kita, tapi mau tidak mau haruslah kita mengerjakannya. As it is. Inilah yang didalam al-Qur'an Allah menyatakan sifat orang yang beriman apabila diperintahkan sesuatu, maka jawabnya adalah "sami'naa wa atho'naa". (dengar dan ta'at), bukannya dengar lalu kita fikirkan dan lalu menta'ati. Memangs sulit, jika tidak ada keyakinan kepada yang kuasa itu.

    Baik, saya tidak mau beretorika dalam hal ini, tapi to the point saja, bahwa didalam ilmu ushul, ketika kita mempelajarai syariah (hukum2 amaliyah), maka ada yang namanya taukifiyyah, artinya perintah itu tidak boleh dianalisa kenapa diperintahkan agar mengerjakannya. Hal ini menyangkut wilayah ibadah dan perintah2 yang tidak memiliki illat (sebab sesuatu itu diperintah).
    Misalnya kenapa Allah menyuruh sujud kepada iblis untuk Adam... Adam mencoba dengan dalil logika..
    Begitu juga , ketika Adam disuruh jangan dekati pohon. Karena Adam adalah mahluk yang taat, ia tidak berfikir kenapa dan apa sebabnya Allah melarangnya...

    Contoh lain kenapa Allah menyuruh Ibrahim untuk menyembelih Ismail anak satu2nya ditunggu-tunggu. Ibrahim dan Ismail tidak menggunakan logika berfikirnya akan hal ini, mungkin kalau perintah nya dizaman sekarang, orang sudah menentangnya , karena melanggar HAM :)
    Jadi kembali kepada KENTUT, KEHARAMAN BABI, MENYAPU ATAS SEPATU JIKA BERWUDHU, SHOLAT SUBUH KENAPA 2 RAKAAT ADAPUN DZUHUR 4 RAKAAT. Dst dst... maka hal itu adalah hal yang TAUKIFIYYAH. Ini hanya menyangkut didalam amaliyyah saja yang sifatnya ibadah. Tapi jika menyangkut Aqidah, maka kita wajib menggunakan akal kita untuk membawa sesuatu yang kita ragu menjadi hal yang pasti. Misalnya mengimani keberadaan Allah swt, keotentikan Al-Qur'an, tapi menyangkkut maslah yang ghaib, maka dalilnya adalah informasi... Ini saya akan terangkan nanti.

    Sebenarnya agama lainpun seperti itu, kenapa Yahudi tidak makan lemak sapi. Atau Hindu, kenapa gak boleh motong sapi. Orang Kristen , kenapa pendeta dan nun nya tidak boleh kawin...
    Yah itu sih urusan mereka, mereka membuat aturan sendiri yang sebenarnya kadangkala tidak ada didalam kitab suci mereka.

    Wassalam.
    Abu Ibrahim/m.noorsyamsi
    my blog http://blog.360.yahoo.com/blog-XfwiTzk5eqvB9wBfvC39Cehklw7x;_ylt=Akala1eeQY5oq_PstQFP5_60AOJ3

    ReplyDelete
  2. Bang Nung,
    Trims buat informasinya dan sudah memberikan sedikit coretan pena di blog saya. Semoga Saya makin hari makin mengerti tentang agama yang saya anut. Semoga ini bukan hanya karena "keturunan" tapi karena "benar-benar yakin dengan kebenaran Islam.." amiiin.

    ReplyDelete
  3. Tiap2 manusia berbeda beda memiliki daya serap akan nasehat seseorang, ada yang lamban ada cepat, bahkan ada yang menentang.

    Ternyata diri anda jauh lebih baik dari saya, bahwasannya dengan mudah bunda menerima apa yang saya tulis, masyaAllah .

    Semoga saya berharap, blog bunda menjadi taman ilmu, dan yang masuk dapat tercerahkan.

    Wassalam.
    Bang Nung

    ReplyDelete
  4. Amiiin... terimakasih buat doanya....

    ReplyDelete
  5. Sebenarnya gak usah pakai dalil utk ngejawab pertanyaan pendeta tsb. Coba balikin aja dg pertanyaan yg serupa : Lho pak pendeta, kenapa ya kalau orang sakit mata dan ternyata perlu disuntik, koq yg disuntik pantat ato tangannya. koq bukan matanya ya.....

    ReplyDelete